Hampir disetiap negara sekarang memiliki jembatan yang panjangnya berkilo-kilo meter, termasuk di negara kita sendiri. Sudah barang tentu disetiap negara ada pula jembatan-jembatan yang sangat pendek. Ada jembatan terpanjang, terpendek, terlebar, terkuat, termahal, dan terindah.
Ternyata sobat, jembatan-jembatan tersebut tidak hanya ada dalam bentuk fisik yang memiliki fungsi menghubungkan atau menyambungkan satu bagian wilayah dengan wilayah lainnya. Namun juga bisa ada dalam sendi-sendi jiwa kita.
Jembatan Terpanjang
Kalaulah saat ini jembatan terpanjang di dunia rekornya dipegang oleh Lake Pontchartrain Bridge dengan panjang 38.420 yang terdapat di Lousiana New Orleans, USA. Maka dalam kehidupan kita ada jembatan yang lebih panjang, sangat panjang sekali, yaitu Harapan. Panjangnya harapan nyaris tidak memiliki ujung. Kenapa saya katakan “nyaris” ?, karena kita sendirilah yang akan menuntukan ia berujung atau tidak.
Kita memang tidak bisa sepenuhnya bergantung pada harapan, namun kitapun tidak bisa lepas dari harapan. Harapan harus bisa menjadi pendorong bagi kita untuk mewujudkan harapan itu sendiri.
Tidak sedikit yang membatin dan mensugesti pikirannya dengan harapan, kenyataannya memang tidak sedikit pula para pelakunya yang kemudian berhasil menggapai harapan-harapannya tersebut walaupun mereka harus bergelut dengan resiko kegilaan dan bahkan sering dianggap tidak waras.
Jembatan terpanjang ini membuat hidup terasa begitu luas, namun selalu ada jalan untuk bisa sampai ke penjuru arahnya, seakan setiap beban hidup bukanlah sesuatu yang harus membuat diri menyerah.
Jembatan Terpendek
Jembatan terpendek dalam hidup kita adalah kebalikan dari harapan, yaitu Putus Asa. Inilah jembatan yang tidak akan membuat kita melangkah jauh. Semuanya terasa begitu sempit dan menghimpit, padahal kenyataanya kehidupan ini begitu luas. Didalam keluasannya begitu banyak terhampar peluang dan kesempatan bagi mereka yang tidak pernah lelah untuk mencari dan menemukannya.
Putus asa tidak akan mampu membuat kita bangkit dan berkembang. Cenderung menempatkan sebagai pribadi yang menyerah dan merasa diri tidak punya lagi arah. Kalau kita hampir saja menapaki jembatan ini, lekaslah sadar diri. Kemudian mulailah melangkahkan kaki ke “Jembatan Terpanjang”.
Jembatan Terlebar
Dengan jembatan yang lebar, maka akan banyak kendaraan yang mampu berlalu lalang melewatinya, tidak peduli seberapa panjangnya. Atau kesimpulannya semakin lebar jembatannya maka semakin banyak ruang tampungnya.
Analogi jembatan terlebar tersebut dalam hidup kita adalah Kesabaran dan Keikhlasan. Sabar dan ikhlas akan memberikan ruang ketegaran dan kepedulian dalam hati kita. Persoalan apapun tidak akan menjadi beban yang begitu berarti. Semuanya dihadapi dengan tenang, kepala dingin, dan bijaksana. Dengan demikian maka masalah akan bisa dihadapi lebih arif dan bijaksana, sehingga memiliki peluang untuk dapat dilalui dengan baik.
Jembatan yang lebar ini menjadikan diri kita sanggup menghadapi persoalan apapun dengan tetap penuh senyuman untuk tiba pada ujung jembatan dengan lebih tersenyum lagi.
Jembatan Termahal
Jembatan termahal itu ternyata tidak dibangun dengan biaya triliunan sobat, tapi gratis. Apakah itu ?, ia adalah kejujuran. Kita tidak perlu membayar sepeserpun untuk bersikap dan bersifat jujur.
Jujur menjadi semakin mahal ketika kejujuran tersebut semakin mahal. Kalau saja jembatan ini runtuh, maka sudah bisa dipastikan kita tidak akan mampu menyeberangkan ke bagian manapun.
Pepatah mengatakan “kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimanapun”, semakin menggambarkan betapa mahalnya harga sebuah kejujuran. Tidak sedikit, orang-orang yang hidupnya seperti sia-sia karena runtuhnya “jembatan kejujuran”. Ketidakjujuran akan memperkeropos konstruksi jembatan penghubung antara kita dengan Tuhan, kita dengan sesama umat, dan kita dengan alam. Bayangkan, betapa mahalnya jembatan ini ?.
Kejujuran berkaitan erat dengan kepercayaan, kehormatan, dan keimanan. Percaya atau tidak, kesalahan kita entah itu yang skalanya besar maupun kecil rata-rata diawali dengan ketidakjujuran atau kebohongan, yaitu dimulai dengan berbohong pada diri sendiri yang sudah pasti juga berbohong kepada Tuhan. Sedikit menyentil mungkin ya, “Seandainya saja jembatan termahal ini terus dibangun di negeri kita, mungkin kelak tidak akan ada lagi jembatan seperti gambar diakhir postingan ini”.
Jembatan Terkuat
Bukan teguhnya coran semen atau pula kuatnya konstruksi baja yang menjadi jembatan terkuat dikehidupan ini. Melainkan sesuatu yang tersimpan didalam segumpal daging yang begitu mudah dihancurkan leburkan selayaknya daging, yaitu di dalam hati. Apakah jembatan terkuat tersebut ?,yaitu Keimanan.
Iman ibarat jangkar pada sebuah kapal yang harus dibawa kemanapun ia berlayar. Kalaulah kapal tersebut diibaratkan diri kita, maka jangkar iman tersebut harus senantiasa melekat kemanapun kita melangkah dan dimanapun kita berada.
Ketika sebuah kapal digoncang oleh hempasan gelombang dan diterpa badai, maka kapal tersebut akan menurunkan jangkarnya sebagai pengendali keseimbangan kapal agar tidak terombang ambing tanpa tentu arah. Demikian halnya dengan kita, begitu gelombang dan badai kehidupan menerpa, maka jadikanlah keimanan sebagai jangkar penahan agar kita tetap dalam posisi sebagai makhluk Tuhan yang taat, sehingga kita tidak terbawa oleh arus hidup yang tidak tentu arah.
Keimanan yang kuat, inilah sebuah jembatan yang tidak bisa diruntuhkan oleh apapun dan mampu menanggung beban sebesar apapun.
Jembatan Terindah
Ada begitu banyak jembatan di muka bumi ini yang dibangun, tapi sepertinya jembatan yang satu ini merupakan jembatan yang paling indah didunia, ia adalah Cinta dan Kasih Sayang. Dengan cinta dan kasih sayang akan menumbuhkan banyak rasa yang lainnya, yaitu kepedulian, saling menghormati dan menghargai, tenggang rasa, menyadari hak dan kewajiban, saling melindungi, kedamaian, dan ketulusan.
Siapapun, saya percaya ia akan merasakan keindahan hidup yang luar biasa manakala setiap apa yang ia lakukan didasari oleh cinta dan kasih sayang, apalagi cinta dan kasih sayang tersebut didasari pula oleh keimanan.
Dengan cinta dan kasih sayang, maka jembatan silaturahmi yang penuh keindahan akan terbentang kemanapun kaki kita melangkah. Hidup menjadi damai, dan dengan damai hidup menjadi begitu indah.
Demikianlah sobat, “sederet jembatan” yang mudah-mudahan bisa menjadi pelajaran supaya hidup kita menjadi lebih berarti dan bermakna. Bisa menjadikan kita tidak mudah putus asa, selalu sabar dan ikhlas, menempatkan kejujuran pada tempatnya, semakin menguatkan keimanan, dan hidup disertai dengan cinta dan kasih sayang yang penuh kindahan dan kedamaian.
Amin…