Mereka bahkan mengirimkan agen yang menyamar untuk mengikuti target dari dekat.
Kepolisian New York (NYPD) meningkatkan pengawasan mereka terhadap aktivitas mahasiswa Muslim di wilayah tersebut. Tidak jarang, mereka memata-matai dengan mengirimkan agen yang menyamar, mengikuti target dari dekat.
Dilansir MSNBC, Sabtu 18 Februari 2012, NYPD juga melebarkan pengawasan mereka ke berbagai organisasi Islam di kampus-kampus terkenal, di antaranya Yale dan Universitas Pennsylvania. Polisi mengumpulkan informasi soal target-targetnya dari para dosen dan warga masyarakat.
Selain itu, NYPD juga menyisir situs organisasi mahasiswa setiap hari. Walaupun tidak ditemukan mahasiswa dan dosen yang terlibat jaringan teror, namun nama mereka tetap dimasukkan dalam daftar laporan.
Salah satu kegiatan yang pernah dimata-matai agen NYPD adalah acara wisata arung jeram di New York pada 21 April 2008 lalu. Sebanyak 18 mahasiswa dari Asosiasi Mahasiswa Muslim diamati gerak-geriknya oleh seorang agen yang menyamar.
Tidak ada laporan negatif. Agen tersebut hanya menuliskan bahwa para mahasiswa itu salat lima kali sehari dan pembicaraan mereka hanya seputar agama saja.
Juru bicara NYPD Paul Browne mengatakan bahwa Asosiasi Mahasiswa Muslim menjadi target utama setelah 12 anggotanya ditahan karena terlibat aksi teror di AS dan di luar negeri. Namun, dalam operasi intelijen selama empat tahun, tidak ada satupun orang yang ditangkap oleh NYPD.
Organisasi ini menjadi target karena kebanyakan anggota barunya adalah para mahasiswa muda. NYPD khawatir, mereka akan dipengaruhi dan dicuci otak. Selain itu, kegiatan ekstrakulikuler seperti permainan paintball mereka takutkan dijadikan salah satu ajang latihan teroris.
Aksi mata-mata ini dianggap sebagai pelanggaran hak-hak sipil warga negara oleh seorang mahasiswa. "Tidak ada yang ingin masuk ke daftar FBI atau NYPD. Mahasiswa Muslim punya kehidupan dan privasi mereka sendiri. Kami juga memiliki kebebasan dan kesempatan yang sama dengan warga AS lainnya," kata Tanweer Haq, salah satu pembina Asosiasi Mahasiswa Muslim di Universitas Syracuse. (kd)• VIVAnews
Kepolisian New York (NYPD) meningkatkan pengawasan mereka terhadap aktivitas mahasiswa Muslim di wilayah tersebut. Tidak jarang, mereka memata-matai dengan mengirimkan agen yang menyamar, mengikuti target dari dekat.
Dilansir MSNBC, Sabtu 18 Februari 2012, NYPD juga melebarkan pengawasan mereka ke berbagai organisasi Islam di kampus-kampus terkenal, di antaranya Yale dan Universitas Pennsylvania. Polisi mengumpulkan informasi soal target-targetnya dari para dosen dan warga masyarakat.
Selain itu, NYPD juga menyisir situs organisasi mahasiswa setiap hari. Walaupun tidak ditemukan mahasiswa dan dosen yang terlibat jaringan teror, namun nama mereka tetap dimasukkan dalam daftar laporan.
Salah satu kegiatan yang pernah dimata-matai agen NYPD adalah acara wisata arung jeram di New York pada 21 April 2008 lalu. Sebanyak 18 mahasiswa dari Asosiasi Mahasiswa Muslim diamati gerak-geriknya oleh seorang agen yang menyamar.
Tidak ada laporan negatif. Agen tersebut hanya menuliskan bahwa para mahasiswa itu salat lima kali sehari dan pembicaraan mereka hanya seputar agama saja.
Juru bicara NYPD Paul Browne mengatakan bahwa Asosiasi Mahasiswa Muslim menjadi target utama setelah 12 anggotanya ditahan karena terlibat aksi teror di AS dan di luar negeri. Namun, dalam operasi intelijen selama empat tahun, tidak ada satupun orang yang ditangkap oleh NYPD.
Organisasi ini menjadi target karena kebanyakan anggota barunya adalah para mahasiswa muda. NYPD khawatir, mereka akan dipengaruhi dan dicuci otak. Selain itu, kegiatan ekstrakulikuler seperti permainan paintball mereka takutkan dijadikan salah satu ajang latihan teroris.
Aksi mata-mata ini dianggap sebagai pelanggaran hak-hak sipil warga negara oleh seorang mahasiswa. "Tidak ada yang ingin masuk ke daftar FBI atau NYPD. Mahasiswa Muslim punya kehidupan dan privasi mereka sendiri. Kami juga memiliki kebebasan dan kesempatan yang sama dengan warga AS lainnya," kata Tanweer Haq, salah satu pembina Asosiasi Mahasiswa Muslim di Universitas Syracuse. (kd)• VIVAnews