( Mukjizat Abad 20 )
Subhanallah, menakjubkan dan begitu menggetarkan hati. Kira-kira itulah gambaran perasaan yang merasuk ke jiwa tatkala mengetahui seorang bocah cilik umur 7 tahun telah hafal al Qur’an serta memahami kandungan setiap ayat dari al Qur’an. Karena mukjizat yang ia dapat tersebut, ya, saya menyebutnya sebagai mukjizat, si bocak cilik ini mampu meraih gelar doctor honoris causa dariHijaz College Islamic University, Inggris. Kok bisa ya?. Sekali lagi saya takjub sekaligus bertanya-tanya. Sungguh inilah yang dinamakan sebuah mukjizat yang menjadi tanda-tanda akan kebesaran Allah SWT. Nah, ketika saya membaca buku tentang bocah tersebut, barulah pertanyaan yang sedari tadi berputar-putar di kepala terjawab sudah. Inilah ceritanya,
Saat itu, bulan Februari 1998, tepatnya di sebuah gedung besar bergaya Victoria yang berdiri dengan begitu anggun.dengan rumput hijau yang membentang di sekitar gedung tersebut. Gedung yang terletak di jantung wilayah Kerajaan Inggris, sekitar 32 kilometer dari kota Birminghem. Gedung tersebut adalah Hijaz College Islamic University, sebuah Universitas Islam terkemuka di Inggris Di sinilah bocah kecil berusia 7 Tahun itu menjalani ujian doctoralnya. Anak yang disebut-sebut sebagai mukjizat abad dua puluh ini menjalani ujian selama 210 menit, dengan 2 kali pertemuan. Ujian yang harus dilaluinya meliputi 5 bidang: menghafal Al Qur’an dan menerjemahannya ke dalam bahasa ibu, menerangkan topik ayat al Qur’an , menafsirkan dan menerangkan ayat tersebut dengan ayat yang lain di dalam al Qur’an., bercakap-cakap dengan menggunakan ayat-ayat al Qur’an, dan metode menerangkan makna al Qur’an dengan metode isyarat tangan. Layaknya seorang anak kecil berusia 7 tahun, di sela-sela ujian, saat istirahat, dia bermain-main di halaman gedung. Saat seorang doctor pengujinya mendatanginya dan mengeluhkan kepalanya yang pusing, si lelaki kecil bermata bundar dengan bulu mata lentik itu memegang dahinya, membacakan do’a, lalu kembali bermain.
Setelah ujian selesai, tim penguji memberitahukan bahwa nilai yang berhasil di raihnya adalah 93. Berdasarkan standar yang di tetapkan oleh Hijaz College Islamic University, bahwa peraih nilai 60-70 akan memperoleh sertifikat diploma, 70-80 sarjana kehormatan, 80-90 magister kehormatan dan di atas 90 doktor kehormatan ( Honoris causa ). Tepat pada tanggal 19 Februari 1998, lelaki cilik itu pun menerima ijazah Doktor Honoris Causa dalam bidang “ Science of The Retention of the Holy Qur’an”. Subhanallah.
Dari tadi sudah berbicara panjang lebar tentang si bocah, tapi kok tidak di sebutkan nama bocah ajaib itu? Baiklah, Doctor kecil itu adalah Sayyid Muhammad Husain Tabataba’i. Ia datang dari sebuah negeri yang jauh, Negeri Pdrsia. Di negerinya sendiri, dia sudah sangat terkenal sejak usia 5 tahun. Dan dalam kunjungannya ke Inggris selama 2 pekan tersebut, selain menjalani ujian doktornya, ia juga di undang dalam berbagai acara Qur’ani. Salah satunya adalah pertemuannya di Islamic Center yang berlokasi di barat laut London.. menurut situs resmi BBC online, ada sekitar 13. 000 muslim Inggris yang datang keIslamic center untuk melihat dan menyaksikan sebuah mukjizat abad 20 tersebut.
Dalam pertemuan tersebut, Husain di hujani berbagai macam pertanyaan oleh para hadirin yang hadir. Dan semua pertanyaan mampu di jawab Husain dengan lancar. Biasanya hadirin akan menyebutkan potongan sebuah ayat dan bertanya, “ Ayat ini di mana letaknya dalam al Qur’an?” atau hadirin akan menyebutkan arti/makna sebuah ayat dan menanyakan, “ apa bunyi ayat yang saya maksud?”. Atau sebuah pertanyaan yang sederhana, “ Engkau memiliki berapa orang paman?” Husain selalu menjawab setiap pertanyaan dengan menggunakan ayat-ayat al Qur’an. Sehingga pertanyaan tadi di jawab Husain dengan 2 ayat.:
“ Sudah sampaikah kepadamu kisah Musa ( QS 79 : 15 ) dan “ Muhammad itu adalah utusan Allah” ( QS 48 : 29 ). Dan yang dimaksud Husain, dia memiliki 2 paman, 1 bernama Musa, dan 1 lagi bernama Muhammad. Begitulah Husain menjawab pertanyaan dengan mengutip setiap ayat yang ada di dalam al Qur’an.
Ada fakta menarik yang mungkin dapat di jadikan panduan bagi saudara- saudara yang mungkin dah punya anak atau yang kelak ingin anaknya jadi hafidz ( Penghafal al-Qur’an-red ) dan mencintai al Qur’an. Simak penuturan ayahanda Husain, sayyid Muhammad Mahdi Tabatabata’in, eh Ta-ba-ta-ba’I, duh susah amat sih.
“ Sebelum kelahiran Muhammad Husain, saya dan Ibundanya bertekad untuk menghafal al-Qur’an bersama-sama. Selama hamil dan menyusui, ibundanya dalam sehari membaca minimalnya satu juz al-Qur’an,” Nah, bapak-ibu bisa coba deh, nggak ada salahnya kan, malah harus klo ingin anak bapak ato ibu kelak tidak rusak akhlaknya dan menjadi anak sholeh, insyaallah, Amin. Lagi pula para ahli Psikologi juga menyatakan, jika pada masa kehamilan ibu memperdengarkan musik atau membacakan buku kepada si bayi, maka akan memberi pengaruh positif bagi perkembangan anak.
Pada kesempatan lain, ayahanda Husain juga mengatakan, “ Bila orang tua menginginkan anaknya menjadi pecinta al Qur’an dan lebih lagi, menghafal al Qur’an. Langkah pertama yang harus di lakukan adalah si orang tua terlebih dahulu juga mencintai al Qur’an dan rajin membaca al Qur’an di rumah. Husain sejak matanya bisa menatap dunia, telah melihat al Qur’an, mendengarkan suara bacaan al Qur’an dan akhirnya menjadi akrab dengan al Qur’an”. Yang ini ni, saya setuju banget. Bukankah setiap perilaku orang tua akan menjadi contoh bagi sang anak. Klo kita menanam jagung, nggak mungkinkan akan tumbuh durian.
Saudara belum puas dengan informasi ini? Mending baca deh buku karya Dina Y. Sulaeman, yang judulnya “ Wonderful Profile of Husain Tabataba’I, DOKTER CILIK HAFAL DAN PAHAM AL QUR’AN”. Dalam buku itu akan dikupas lebih jauh tentang keseharian si kecil Husain, perjumpaannya dengan Ayatullah Jawadi Amuli dan Ayatullah Khamenei, pemimpin Tertinggi Revolusi Iran Serta kunjungannya ke beberapa negara Islam di Timur Tengah seperti Qatar, Bosnia dan Arab Saudi. Dan yang lebih menarik lagi, saudara akan menemukan metode penghafalan Qur’an ala si dokter cilik ini. Kalau saudara tidak suka membaca, tenang saja, sekarang cerita tentang doctor cilik ini juga telah tersedia dalam bentuk VCD. Masih tidak suka juga? Mending tidur aja dan lupakan hal ini. Gampangkan. He…he… ( afwan deh jika tampak kejam )
Saat itu, bulan Februari 1998, tepatnya di sebuah gedung besar bergaya Victoria yang berdiri dengan begitu anggun.dengan rumput hijau yang membentang di sekitar gedung tersebut. Gedung yang terletak di jantung wilayah Kerajaan Inggris, sekitar 32 kilometer dari kota Birminghem. Gedung tersebut adalah Hijaz College Islamic University, sebuah Universitas Islam terkemuka di Inggris Di sinilah bocah kecil berusia 7 Tahun itu menjalani ujian doctoralnya. Anak yang disebut-sebut sebagai mukjizat abad dua puluh ini menjalani ujian selama 210 menit, dengan 2 kali pertemuan. Ujian yang harus dilaluinya meliputi 5 bidang: menghafal Al Qur’an dan menerjemahannya ke dalam bahasa ibu, menerangkan topik ayat al Qur’an , menafsirkan dan menerangkan ayat tersebut dengan ayat yang lain di dalam al Qur’an., bercakap-cakap dengan menggunakan ayat-ayat al Qur’an, dan metode menerangkan makna al Qur’an dengan metode isyarat tangan. Layaknya seorang anak kecil berusia 7 tahun, di sela-sela ujian, saat istirahat, dia bermain-main di halaman gedung. Saat seorang doctor pengujinya mendatanginya dan mengeluhkan kepalanya yang pusing, si lelaki kecil bermata bundar dengan bulu mata lentik itu memegang dahinya, membacakan do’a, lalu kembali bermain.
Setelah ujian selesai, tim penguji memberitahukan bahwa nilai yang berhasil di raihnya adalah 93. Berdasarkan standar yang di tetapkan oleh Hijaz College Islamic University, bahwa peraih nilai 60-70 akan memperoleh sertifikat diploma, 70-80 sarjana kehormatan, 80-90 magister kehormatan dan di atas 90 doktor kehormatan ( Honoris causa ). Tepat pada tanggal 19 Februari 1998, lelaki cilik itu pun menerima ijazah Doktor Honoris Causa dalam bidang “ Science of The Retention of the Holy Qur’an”. Subhanallah.
Dari tadi sudah berbicara panjang lebar tentang si bocah, tapi kok tidak di sebutkan nama bocah ajaib itu? Baiklah, Doctor kecil itu adalah Sayyid Muhammad Husain Tabataba’i. Ia datang dari sebuah negeri yang jauh, Negeri Pdrsia. Di negerinya sendiri, dia sudah sangat terkenal sejak usia 5 tahun. Dan dalam kunjungannya ke Inggris selama 2 pekan tersebut, selain menjalani ujian doktornya, ia juga di undang dalam berbagai acara Qur’ani. Salah satunya adalah pertemuannya di Islamic Center yang berlokasi di barat laut London.. menurut situs resmi BBC online, ada sekitar 13. 000 muslim Inggris yang datang keIslamic center untuk melihat dan menyaksikan sebuah mukjizat abad 20 tersebut.
Dalam pertemuan tersebut, Husain di hujani berbagai macam pertanyaan oleh para hadirin yang hadir. Dan semua pertanyaan mampu di jawab Husain dengan lancar. Biasanya hadirin akan menyebutkan potongan sebuah ayat dan bertanya, “ Ayat ini di mana letaknya dalam al Qur’an?” atau hadirin akan menyebutkan arti/makna sebuah ayat dan menanyakan, “ apa bunyi ayat yang saya maksud?”. Atau sebuah pertanyaan yang sederhana, “ Engkau memiliki berapa orang paman?” Husain selalu menjawab setiap pertanyaan dengan menggunakan ayat-ayat al Qur’an. Sehingga pertanyaan tadi di jawab Husain dengan 2 ayat.:
“ Sudah sampaikah kepadamu kisah Musa ( QS 79 : 15 ) dan “ Muhammad itu adalah utusan Allah” ( QS 48 : 29 ). Dan yang dimaksud Husain, dia memiliki 2 paman, 1 bernama Musa, dan 1 lagi bernama Muhammad. Begitulah Husain menjawab pertanyaan dengan mengutip setiap ayat yang ada di dalam al Qur’an.
Ada fakta menarik yang mungkin dapat di jadikan panduan bagi saudara- saudara yang mungkin dah punya anak atau yang kelak ingin anaknya jadi hafidz ( Penghafal al-Qur’an-red ) dan mencintai al Qur’an. Simak penuturan ayahanda Husain, sayyid Muhammad Mahdi Tabatabata’in, eh Ta-ba-ta-ba’I, duh susah amat sih.
“ Sebelum kelahiran Muhammad Husain, saya dan Ibundanya bertekad untuk menghafal al-Qur’an bersama-sama. Selama hamil dan menyusui, ibundanya dalam sehari membaca minimalnya satu juz al-Qur’an,” Nah, bapak-ibu bisa coba deh, nggak ada salahnya kan, malah harus klo ingin anak bapak ato ibu kelak tidak rusak akhlaknya dan menjadi anak sholeh, insyaallah, Amin. Lagi pula para ahli Psikologi juga menyatakan, jika pada masa kehamilan ibu memperdengarkan musik atau membacakan buku kepada si bayi, maka akan memberi pengaruh positif bagi perkembangan anak.
Pada kesempatan lain, ayahanda Husain juga mengatakan, “ Bila orang tua menginginkan anaknya menjadi pecinta al Qur’an dan lebih lagi, menghafal al Qur’an. Langkah pertama yang harus di lakukan adalah si orang tua terlebih dahulu juga mencintai al Qur’an dan rajin membaca al Qur’an di rumah. Husain sejak matanya bisa menatap dunia, telah melihat al Qur’an, mendengarkan suara bacaan al Qur’an dan akhirnya menjadi akrab dengan al Qur’an”. Yang ini ni, saya setuju banget. Bukankah setiap perilaku orang tua akan menjadi contoh bagi sang anak. Klo kita menanam jagung, nggak mungkinkan akan tumbuh durian.
Saudara belum puas dengan informasi ini? Mending baca deh buku karya Dina Y. Sulaeman, yang judulnya “ Wonderful Profile of Husain Tabataba’I, DOKTER CILIK HAFAL DAN PAHAM AL QUR’AN”. Dalam buku itu akan dikupas lebih jauh tentang keseharian si kecil Husain, perjumpaannya dengan Ayatullah Jawadi Amuli dan Ayatullah Khamenei, pemimpin Tertinggi Revolusi Iran Serta kunjungannya ke beberapa negara Islam di Timur Tengah seperti Qatar, Bosnia dan Arab Saudi. Dan yang lebih menarik lagi, saudara akan menemukan metode penghafalan Qur’an ala si dokter cilik ini. Kalau saudara tidak suka membaca, tenang saja, sekarang cerita tentang doctor cilik ini juga telah tersedia dalam bentuk VCD. Masih tidak suka juga? Mending tidur aja dan lupakan hal ini. Gampangkan. He…he… ( afwan deh jika tampak kejam )