Peringatan Hari Pembela Tanah Air (PETA) Ke-68



Pembela Tanah Air (PETA) merayakan Hari Ulang Tahun ke-68, acara ini dipusatkan di Museum PETA, Jalan Sudirman, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Pembela Tanah Air kini genap berusia 68 tahun. Museum PETA di Jalan Sudirman, Kota Bogor ditetapkan sebagai situs bersejarah sekaligus pusat kegiatan YAPETA.

Quote:
Sekilas Tentang Pembela Tanah Air (PETA)

Tentara Sukarela Pembela Tanah Air disingkat PETA (kyōdo bōei giyûgun?) adalah kesatuan militer yang dibentuk Jepang di Indonesia dalam masa pendudukan Jepang. Tentara Pembela Tanah Air dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943 berdasarkan maklumat Osamu Seirei No 44 yang diumumkan oleh Panglima Tentara Ke-16, Letnan Jendral Kumakichi Harada sebagai Tentara Sukarela. Pelatihan pasukan Peta dipusatkan di kompleks militer Bogor yang diberi nama Jawa Bo-ei Giyûgun Kanbu Resentai.

Tentara PETA telah berperan besar dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Beberapa tokoh nasional yang dulunya tergabung dalam PETA antara lain mantan presiden Soeharto dan Jendral Besar Soedirman. Veteran-veteran tentara PETA telah menentukan perkembangan dan evolusi militer Indonesia, antara lain setelah menjadi bagian penting dari pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Keselamatan Rakyat, Tentara Republik Indonesia (TRI) hingga akhirnya TNI. Karena hal ini, PETA banyak dianggap sebagai salah satu cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia.


Pemberontakan batalion PETA di Blitar
Pada tanggal 14 Februari 1945, pasukan PETA di Blitar di bawah pimpinan Supriadi melakukan sebuah pemberontakan. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan dengan memanfaatkan pasukan pribumi yang tak terlibat pemberontakan, baik dari satuan PETA sendiri maupun Heiho. Supriadi, pimpinan pasukan pemberontak tersebut, menurut sejarah Indonesia dinyatakan hilang dalam peristiwa ini.

Akan tetapi, pimpinan lapangan dari pemberontakan ini, yang selama ini dilupakan sejarah, Muradi, tetap bersama dengan pasukannya hingga saat terakhir. Mereka semua pada akhirnya, setelah disiksa selama penahanan oleh Kenpeitai (PM), diadili dan dihukum mati dengan hukuman penggal sesuai dengan hukum militer Tentara Kekaisaran Jepang di Eevereld (sekarang pantai Ancol) pada tanggal 16 Mei 1945.


Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan, PETA memiliki andil cukup besar dalam mengusir para penjajah sekaligus mengamankan para tokoh pejuang seperti Diantaranya:

1. "Para pejuang dan pembela Tanah Air memberikan andil sangat besar bagi kemerdekaan Indonesia, Tanpa keterlibatan para pejuang, kita tidak akan merdeka dari penjajahan".

2. "Tanpa keterlibatan PETA, Bung Karno - Bung Hatta tidak akan memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Saat Bung Karno diculik dan diasingkan ke Rengasdengklok, PETA yang menyelamatkan".