Menjadikan Ibadah sebagai Wasilah



Wasilah artinya perantara atau perahu yang mengantarkan ke tempat tujuan. Jika berbicara boleh atau tidak, maka boleh-boleh saja ibadah dijadikan sebagai wasilah.

Misalnya ada seorang ibu yang terus-terusan shalat tahajud karena anaknya belum juga mendapatkan jodoh, atau seorang anak yang rajin shalat dhuha karena mengharapkan lulus ujian, itu syah-syah saja atau diperbolehkan. Akan tetapi Imam Ghazali pernah berkata bahwa ada tingkatan atau kualitas ibadah seseorang itu berbeda-beda.

Yang pertama, Ibadah kualitas pedagang yaitu jika modal 10.000 maka harus mendapatkan 11.000 atau lebih dari itu, dan itu merupakan ibadah yang seperti tadi.

Yang kedua, Ibadah khowas yaitu beribadah dengan ada unsur syukur, beribadah sebagai wujud syukur keada Allah swt.

Angan-angan dengan cita-cita itu berbeda. Angan-angan yaitu suatu impian yang tidak diikuti dengan tindakan atau usaha, sedangkan cita-cita yaitu suatu impian atau keinginan yang diikuti dengan tindakan atau usaha untuk mendaptkan atau mencapai cita-cita tersebut.

Misalnya seorang pelajar yang ingin mendapatkan nilai cumlaude akan tetapi tidak ada usaha untuk mendapatkannya, tidak pernah mengulang pelajaran yang sudah didapat, tidak pernah mencatat pelajaran yang didapat, maka itu sama dengan angan-angan.

Berbeda lagi jika pelajar tersebut ada usaha untuk belajar, rajin megulang dan mempelajari lagi apa yang sudah didapat, maka itu yang disebut cia-cita.

Seorang muslim harus memiliki cita-cita yang besar, meskipun hanya seorang karyawan biasa harus memiliki cita-cita menjadi seorang manager atau bahkan owner dari perusahaan itu.